Sabtu, 27 Disember 2008

10 Terkaya Di Malaysia

  1. Robert Kuok, 88. RM32,400 juta
  2. Ananda Krishnan, 68. RM19,723 juta
  3. Tan Sri Quek leng Chan, 64. RM10,300 juta
  4. Tan Sri Lim Goh Tong, 89. RM9,670 juta
  5. Tan Sri Teh Hong Piow, 77. RM7,554 juta
  6. Tan Sri Lee Shin Cheng, 68. RM6,620 juta
  7. Tan Sri Syed Mokhtar Albukhary, 56. RM4,289 juta
  8. Tan Sri Lim Kok Thay, 55. RM2,600 juta
  9. Tan Sri Tion Hiew King, 70. RM2,420 juta
  10. Tan Sri Yeoh Tiong lay, 77. RM1,552 juta

Banyaknya juta-juta… senarai di atas diambil dari Majalah Malaysian Business “40 Richest Malaysians”. Bila melihat senarai tersebut dan melihat pencapaian diri sendiri, terasa amat kerdilnya! Bagaikan pipit dan enggang :)

Tapi bila melihat kekayaan Tan Sri Syed Mokhtar Albukhary, mesti saya teringat kisahnya ketika beliau masih kecil. Di besarkan di rumah kayu yang tidak mempunyai kerusi, meja dan katil. Kini, menjadi bumiputera terkaya di Malaysia!

Kalau itu tidak dapat memotivasikan kita, saya pun tak tahu apa lagi yang boleh memotivasikan kita. Kisah dari zero menjadi hero!

Lilin (versi Indonesia )

Satu malam di apartemenku ketika lampu padam, sesuatu dalam pikiranku hampir berubah karena benda ini.

Aku meraba-raba untuk mencari lilin atau sesuatu untuk menerangi ruangan. Lalu aku menemukan lilin aroma terapi berwarna putih di dalam laci. Ku nyalakan dan aroma lavender segera saja menyebar.

Ku sandarkan punggungku di atas kasur, ku lirik meja dimana aku meletakan lilin itu. Sebuah foto akan aku dan dia terpajang disana. Dia memeluk dari belakang dengan dagunya di pundakku.

Aku tahu foto itu hanya masa lalu ku sejak kulihat dia mencium Reita di studio yang kosong. Cemburu dan sakit adalah apa yang kurasakan saat itu. aku mencoba untuk kuat, aku berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa, aku biarkan Ia menyentuhku dengan tangan yang sama yang Ia pergunakan untuk menyentuhnya. Ku lakukan yang terbaik untuk membuatnya tetap di sisiku. Sekarang aku tahu dia tak perduli pada ku seperti aku perduli padanya. Dan aku ingin Ia kembali bagaimana pun caranya. Aku bukan tipe yang mudah menyerah dengan mudah. Pasti ada jalan untuk mendapatkannya kembali, untuk membuatnya tinggal lebih lama di sisiku. Pasti…

Lilin… oh kamu lilin…
Rela hancur demi penerangan. Well, aku tidak rela kehilangan Aoi untuk Reita, walaupun itu untuk kebahagiaan Aoi. Aoi milikku. Aku bukan lilin. Aku manusia yang memiliki perasaan dan hati. Aku ingin mencintai dan dicintai. Dan lilin hanyalah lilin.

Aku benci kamu, lilin. Aku benar-benar membenci mu untuk membuatku merasa seperti seorang yang egois.

Ku lempar lilin itu ke dinding sebelum ia merubah pikiranku. Ruangan yang redup menjadi gelap sama sekali dan hanya cahaya bulan yang menerangi.

Keheningan memenuhi ruangan yang gelap hingga aku mendengar dering telpon. Aku bertanya-tanya siapa yang menelpon ku selarut ini, ini sudah hampir jam 11.

“halo?”

“Uru, ini aku”

Ah suara itu… baru saja aku memikirkan mu beberapa detik yang lalu dan sekarang kamu menelpon ku, sungguh kebetulan ya? Apa ini yang namanya firasat? Kalau memang iya, aku punya firasat buruk.

“ya, Aoi?” aku tahu apa yang akan Ia katakan malam ini, karena aku sadar, aku tidak siap akan kepergiannya untuk teman masa kecil ku, untuk teman baik ku, untuk teman satu band ku, untuk bassist band ku; Reita. Oh betapa bencinya aku akan nama itu sekarang…

“aku perlu bicara dengan mu” ku dengar Ia menarik nafas panjang disana “apa kita bisa bicara di cafĂ© Mink Wink di dekat apartemenmu?”

Apa malam ini saatnya kamu mengucap selamat tinggal? meninggalkan ku sendiri dan terluka?
Aku belum siap untuk kehilangan mu…
Aku perlu waktu untuk menjadi lilin, Aoi…

“…maaf, aku tidak bisa”

Es Nusakambangan

Nusakambangan tidak hanya tempat untuk teroris dan bandar narkoba, yang diseret dua orang sipir ke semak-semak pada subuh hari untuk ditembak dengan senapan tepat di kepala bagian belakang. Tanpa kyai atau pendeta, apalagi keluarga, juga tanpa barisan regu tembak yang melakukan ritual bla..bla..bla.. just dor!

Nusakambangan tidak hanya pulau yang dipenuhi harimau dan ular sebesar paha, dikelilingi oleh laut dalam, yang jika sepeda motormu atau kamu sendiri tenggelam saat menyeberang dengan kapal maka hanya akan ditemukan di perairan jakarta atau australia dua minggu kemudian, tergantung musim dan arus air.

Nusakambangan tidak hanya sumber batu kapur untuk industri Semen Holcim, yang jika kamu tidur di rumah kami, di malam hari kamu akan mendengar ledakan dinamit dan suara runtuhan bebatuan gunung yang membuat lantaimu bergetar hebat.

Nusakambangan juga tempat beberapa kampung yang berisi hanya beberpa gelintir orang, petani padi atau pisang, pengrajin batu akik, tukang masak untuk para sipir penjara. Kakek-ku adalah kepala sipir di salah satu penjara di sana. Jadi sudah bertahun-tahun keluargaku tinggal disana, bukan sebagai narapidana, tetapi sebagai penduduk asli.

Suatu hari ayahku menceritakan cerita paling memilukan yang pernah aku dengar. Saat itu ayahku yang masih muda mengajak tiga orang adiknya (paman-pamanku) yang masih anak-anak untuk pertama kalinya keluar dari pulau Nusakambangan. Keluar dari pelabuhan ayahku membelikan Es Orson (sirup rasa buah yang diencerkan dengan air dan ditambahkan es batu di dalamnya. Dua orang dari mereka langsung meminumnya karena cuaca yang panas, tetapi adik yang paling kecil hanya diam dengan mata mengrenyit, memonyongkan bibirnya dan menggerutu.

"Sudah.. diminum.. kamu kenapa?" tanya ayahku.
"Nggak mau!" kata pamanku yang paling kecil,
"Minumnya ada belingnya" menunjuk es batu di dalam plastik dengan lugu.

Nusakambangan tidak hanya berisi teroris, harimau, dan dinamit. Nusakambangan juga berisi anak yang takut minum es orson karena belum pernah melihat es batu seumur hidupnya. Kasihan...

Kali pertama kami bertemu tiada langsung niat untuk mengenali antara satu sama lain. Dia dengan halnya, aku dengan hal aku. Namun kerana statusnya sebagai seniorku terpaksa juga aku mengenali dirinya. Izam, itulah panggilanku kepadanya dan nama itu juga yg terpahat di hati setelah hampir 2 tahun usia pengenalan kami. Izam seorang lelaki yg simple, sejuk mata memandang dan paling aku suka, dia tak pernah lekang dgn senyuman manisnya. Mungkin keramahannya yg membuatkan kami semakin rapat, ya antara kami sudah tiada rahsia. Izam dan maira..

Hari ini kuliahku tamat agak awal jadi aku mengambil keputusan untuk menunggu izam di kafe, ada sesuatu yg ingin kuberi kepadanya memandangkan hari lahirnya yg bakal menjelang. Aku tahu terlalu awal untuk hadiah itu namun aku tetap ingin menghadiahkan izam sesuatu. Hampir 5 minit kemudian izam tiba dgn senyuman manis terukir di bibirnya.

“Assalamualaikum..sorry ye wak, saya ada hal td..” Dia mengambil tempat di sebelahku, perlahan aku menjawab salamnya.

Aku mengambil bungkusan di dalam beg lalu kuserahkan kepadanya. Raut wajah izam agak panik, digaru-garu kepalanya yg tak gatal.

“Erk..apa ni wak? “
“Untuk awk la..saya kasi wak, tgk la suka ke tak”
Dahi izam berkerut-kerut namun jarinya pantas mengoyak balutan hadiah itu. Kemudian dibukanya kotak kecil yang berbentuk hati. Matanya bersinar cerah, lantas dikeluarkannya jam tangan hadiah pemberianku itu.
“Ya Allah..maira! ini jam hari tu kan? Awak, jam ni kan mahal. Kalau awak guna duit tu utk belanja kan lebih baik..”
“Suka tak?”

Aku cuba menduga. Itulah jam tangan yg paling diminati izam, namun disebabkan kekurangan wang dia tidak jadi membelinya. Ketika itu kami keluar untuk membeli barang-barang keperluan rumah, aku dan izam masing-masing menyewa di luar kampus jadi kami sering mengambil kesempatan utk keluar bersama.

Izam menggangguk kecil. “Suka, tp kurang suka awk bazirkan duit utk saya. Well, jam ni utk apa? Birthday saya lambat lagi, bulan depan la maira..”
Aku tersenyum memandang gelagat izam. Sememangnya dia begitu, selalu berpesan agar aku berjimat cermat. Katanya, dia sudah rasa bagaimana susahnya utk mendapatkan wang, keluarganya sederhana sahaja namun kaya dgn kasih sayang. Bagiku, bukankah itu lebih berharga?

“Awk, salah ke kalau saya hadiahkan something utk awk? Lagipun sepanjang kita berkawan, saya jarang kasi awk hadiah kan? Takpe la, nanti birthday awk saya kasi lagi ok?”
“Abis saya slalu ke kasi awk hadiah? Ok, hadiah ni saya terima sebagai hadiah hari lahir, tp saya tak nak hadiah lain dah, sebab ni pun dah sangat berharga wak..”
Mata izam memandangku penuh makna. Akhirnya aku mengalah di hadapannya. Dalam hati aku tetap mahu hadiahkan sesuatu buat izam. Sejak kebelakangan ini kami jarang bertemu kerana izam sudah berada di tahun akhir, banyak kerja yang perlu diuruskan jd aku tak mahu hubungan kami menjadi hambar. Sebolehnya aku mahu kami sentiasa gembira.

Jam tanganku sudah menunjukkan jam 8.30 mlm. Hari ini, 19 Jun, usia izam genap 23 tahun. Hari lahirnya yang kuraikan utk kali ke-2. Awal-awal lagi aku sudah menanti kedatangan izam utk menjemputku di rumah. Kami berjanji utk meraikannya di sebuah restoren seafood. Itu semuanya cadanganku, aku mahu izam sentiasa gembira kerana setiap kali dia tersenyum, senyuman itu cukup menenangkan. Izam tiba tepat pada masanya. Kami sedondon biru tanpa disengajakan, atau memang sudah jodoh? Aku tertawa sendiri.

Kereta yg dipandu izam meluncur laju menuju ke destinasi. Kami tak banyak bercakap kerana izam lebih menumpukan perhatian utk memandu. Malam ini kereta berpusu-pusu, mungkin malam minggu jadi org ramai mengambil kesempatan utk bersantai di tepi-tepi pantai. Izam memandangku sekilas, sempat aku melihat dia tersenyum manis. Ah, senyuman itu lagi..

” Jom, dah sampai. Awk turun dulu nanti saya follow, susah pulak nak cari parking. Takpe, saya parking jauh sikit..”

Aku menggeleng. “Saya ikut. Kita jalan sama-sama la, lagipun saya dah tempah meja so, don’t worry ok? Now, awk parking je kat depan tu..tu..”
Izam ketawa bila aku menjuihkan mulut ke arah parking yg kosong. Setelah meletakkan kereta kami sama-sama berjalan ke restoren itu. Aku sememangnya telah menempah meja yg terletak di hujung sudut restoren, betul-betul menghadap ke arah pantai. Agak romantik dan sesuai untuk kami berdua.

“Selamat hari lahir izam..ni utk awk, ikhlas daripada saya.” Sebuah bungkusan berbalut kemas aku serahkan kepada izam.

Izam memandangku agak serius. Aku tahu dia marahkan aku kerana melanggar permintaannya supaya tidak memberikan hadiah lain. Entah mengapa, aku betul-betul mahu hadiahi izam sesuatu, dan kali ini aku menghadiahkan sebentuk cincin silver untuknya. Izam masih seperti tadi, tiada tanda-tanda utk menghadiahkan senyumannya kepdaku seperti selalu.

“Awk..saya ikhlas ni..hari ni baru betul-betul birthday wak, hari tu hadiah kasih sayang je, ambik la wak..” Aku cuba memujuk. Nampaknya pujukkanku berkesan apabila izam sedikit tersenyum.
” Saya dah cakap, tak perlu hadiah wak..apa yg awak bagi selama ni pun dah cukup, kasih sayang, perhatian..hurm, memang degil. Awak igt saya nak biarkan awak je? Ni, utk awak..bukalah.”

Sebuah bungkusan berbalut merah hati dihulurkan kepadaku. Aku kaget, namun setelah didesak izam bungkusan itu bertukar tangan. Lantas dengan cermat aku membuka pembalutnya. Sebuah kotak berbentuk hati, sama seperti yang aku berikan utk izam Cuma lebih kecil saiznya. Kubuka kotak itu, dan kali ini aku terharu. Loket silver berbentuk hati dan di dalamnya ada gambar kami berdua. Cantik!

” Awak..”
” Awak pakai la..saya suka tgk awak happy. Kalau boleh tiap-tiap hari saya nak tgk awak..sepanjang masa. Kalau awak rindukan saya, tgk je gambar saya tu. Kalau saya pulak rindukan awak, hurm..saya nak buat apa ek?”
Aku ketawa. Izam betul-betul pandai mengambil hati.
“Kalau rindukan saya, awak senyumlah..”
“Senyum? Kenapa senyum?” Dia bertanya hairan.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Sebab senyuman awak tu saya boleh rasa. Setiap kali awk senyum, saya tahulah awk rindukan saya, ok?”
“hurm, macam ni?” izam menghadiahkan aku senyumannya, dan aku rasakan inilah senyuman paling manis yg pernah aku lihat di wajah izam. Tenang sekali setiap kali aku melihatnya tersenyum.

Tiba-tiba izam menepuk dahinya. “Saya tertinggal jam tangan tu dalam kereta la wak..saya pergi ambik kejap ya. Mana boleh tak pakai, hadiah special tu..”
“Ikhs..tak payahlah. Kita makan dulu, nanti lepas makan kita jalan-jalan kejap. Kan awal lagi? Kejap lagi la ek?” Aku cuba menghalangnya. Sayang kalau masa-masa begini dibiarkan berlalu.

Izam berkeras mahu mengambil jam tangan pemberianku. Aku hanya mampu mengalah, izam terlalu sukar utk dihalang. Aku mengekori izam dgn pandanganku. Setelah kelibatnya hilang di celah-celah kereta yang berpusu, aku melihat loket itu sekali lagi. Kami memang padan, itu kata kawan-kawanku. Dan buktinya dalam loket itu kami nampak seiras, sama padan. Aku melihat jam tanganku, sudah jam 9.30 mlm.
Beberapa buah kereta baru saja tiba dan diparkir berhampiran dengan restoren. Aku melemparkan pandangan ke arah jalan yang semakin sesak. Izam sudah berada di seberang jalan dan sempat melambaikan tangannya ke arahku. Bibirnya mengukir senyuman lagi, malah lebih menawan. Aku membalas lambaiannya dan izam berlari-lari anak utk menyeberangi jalan. Malangnya, ada sebuah kereta yang sedang memecut laju melalui jalan itu.

DEBUMMMMM!!!!

Ketika itu segala-galanya berlaku terlalu pantas. Aku melihat tubuh izam melayang-layang sebelum jatuh ke atas sebuah kereta. Kemudian, tubuh yang sudah tidak bermaya itu tergolek jatuh di atas jalan raya. Izam cuba utk bangun, sedaya upaya digagahinya dan ketika itu juga sebuah kereta dari arah yang bertentangan merempuh laju tubuhnya. Izam terjatuh, malah tidak bergerak-gerak.

Dan aku? Aku kaku, tergamam dengan apa yg sedang berlaku. Aku betul-betul keliru. Setelah beberapa org mengerumuni tubuh izam yg sudah terbujur kaku itu barulah aku tersedar. Aku berlari pantas ke arah izam, keadaanya sangat parah. Aku sudah mula meraung ketika memangku kepalanya. Izam sudah tidak berdaya. Puas aku menjerit memanggilnya, dan izam akhirnya terus meninggalkan aku buat selamanya. Aku meratap, meraung sepuas-puas hati. Izam! Dan ditangannya, sebuah jam tangan yang berlumuran darah masih erat dipegang. Aku menatap wajah kaku izam, dan senyuman itu…senyuman terakhir itu juga pergi buat selama-lamanya…

Cerpen Tiada Tajuk

Betullah bak kata orang. Bila ada di depan mata, tak pernah di hiraukan. Malahan, tak berterima kasih dan bersyukur langsung akan kehadirannya. Kini, barulah aku sedar akan hakikatnya.. aku terpaksa menerima kenyataan yang dia sudah tiada lagi disisiku. Malahan aku terpaksa menerima hakikat bahawa dia bukan milikku lagi.Sebak di dada kurasakan. Menitis air mataku mengenangkan sejarah silamku dan dia. Tiada siapa yang dapat memahami akan perasaanku yang terluka. Aku menyendiri, tak mahu berjumpa dengan sesiapa. Tak mahu berjumpa dengan mak dan ayah yang telah memisahkan kami berdua apatah lagi dengan wanita yang bakal menjadi isteriku itu. Biarlah aku pendam sebuah luka di hatiku.

Kini, malamku terasa begitu sunyi…tidak seperti dulu sewaktu aku bersamanya.. Sukar untuk aku melelapkan mata. Ku pusing ke kanan,ku pusing ke kiri, tak bisa juga aku melelapkan mata. Dia kembali menerjah ke fikiranku. Oh tuhan…mengapa ini mesti terjadi pada diriku?

Mengapa sanggup kedua ibu bapaku memisahkan kami berdua? Tidakkah mereka tahu hubungan yang terjalin setelah sekian lama ini? Tidakkah mereka tahu hubungan yang terjalin setelah sekian lama ini? Tidakkah mereka mengerti bahawa aku tidak boleh hidup tanpanya?

Aku tak dapat menahan lagi kesedihan yang ku pendam dan sebak di dadaku. Tanpa ku sedari, aku meraung sekuat hati “Kamu semua kejam, kejam, kejaaaaam”

“Kenapa dengan kau ni?”…ayah tiba tiba muncul didepanku. Dalam hatiku seraya berkata “eleh…sudah gaharu cendana pula…sudah tahu bertanya pula orang tua nih”. Mak menghampiriku dan duduk disebelahku.

“Man, bukan niat ayah dan mak engkau nak buat begitu. Ini untuk kebaikan kau juga. Takkan bila dengan si Milah tu pun kau nak bawa dia bersama? Apa kata Milah nanti?”

“Apa berdosakah Man kalau Man bawa dia bersama? Kalau Milah sayangkan Man, Milah akan terima dia sebagai madunya. Apa salah dia? Apa salah kami, mak, ayah?”

Tiba tiba ayah naik berang “Tak salah kau kata? Halo…umur tu dah berapa…. kahwin kau minggu depan je lagi. Takkan kau nak bawak bantal busuk kau tu sekali? Mangkuk ayun punya anak”.

Cerpen:Hajat Tidak Kesampaian

Setelah punyai rumah besar, jawatan tinggi dan kenderaan, hati Zamil masih belum puas lagi. Zamil dapat rasai yang hidup ini kekosongan kalau tiada anak. Zamil dahagakan zuriatnya sendiri. Setiap kali dia melihat ibubapa memimpin anak anak mereka, teringin dihatinya mempunyai anak yang boleh menghiburkannya.

Sebelum berkahwin dahulu, Zamil adalah seorang pemuda yang hidupnya penuh dengan berpoya poya. Hampir setiap malam, dia akan ziarahi kelab kelab malam di semerata kota metropolitan Singapura untuk melepaskan nafsu buasnya. Minuman arak dan wanita wanita menjadi teman sepanjang malam.

Tapi segala gala berubah setelah dia berumahtangga dengan isterinya Aisyah. Dialah wanita yang terbaik sekali yang pernah Zamil kenali. Sudah 8 tahun mereka berumahtangga. Zamil begitu bahagia dan tenang sekali hidup bersama Aisyah. Zamil dapat rasai, Aisyahlah isteri terbaik yang pernah dia miliki. Namun sekian lama mereka bersama, sehingga saat ini, mereka masih lagi belum dikurniakan zuriat.

Hingga sekarang, Zamil tidak pasti siapakah puncanya sama ada dia atau Aisyah yang mandul. Sudah dia usaha pergi ke doktor memeriksa, tapi nyata mereka berdua diistiharkan sihat belaka. Hairan juga untuk Zamil memikirkan. Zamil selalunya menekankan aspek aspek kesihatan dalam kehidupannya sehari hari. Jadi mana mungkin Zamil mandul?

Zamil sudah mulai rasa bosan dengan kehidupannya yang dia lalui. Ada juga dia merasa malu dengan adik beradinya dan juga iparnya. Yang lebih memalukannya lagi ialah pada ibunya sendiri.

Masih terngiang ngiang perkataan ibunya" Hai....Mil, mak tengok dah lapan tahun kau kawin, kau tak nak anak kee..? Kau mandul kee..? Atau Aisyah yang mandul? Setiap kali dia pulang kerumah ibunya, kedengaran kememelan suara ibunya bak menjadi trauma pada dirinya.

Mulalah fikiran jahat berligar di fikiran Zamil dan timbul hasutan nafsu mula merasuk disegenap dirinya. Perasaan Zamil mula benci kepada Aisyah isterinya. Semua kata katanya yang keluar dari mulutnya menumpahkan muntahan rasa mual. Semakin hari berlalu, semakin dia rasai kebencian membuak buak dalam hatinya.

Zamil mula balik kezaman bujangnya yang hampir tiap tiap malam dia ke kelab malam berpoya poya dengan bermacam macam wanita. Pulangnya mabuk hampir setiap malam. Kini nafsu Zamil beralih kepada seorang gadis kelabmalam yang bernama Rita. Rita sangat pandai dan bijak melayan nafsu Zamil hingga dia berjanji pada Rita segala hartanya dan wangnya akan ditaburkan pada Rita.

"Heii.... kau dengar sini baik baik perempuan. Aku nak kahwin dengan Rita sekarang jugak. Aku dah bosan hidup macam ini. Bosan dengan muka kau yang tak ada anak. Hari hari tengok muka kau boosaaaannn...........!!! Aku nak kau tandatangan borang ini sekarang jugak" suara Zamil begitu lantang sekali sambil mencampakkan borang putih dihadapan Aisyah. Dia tergamam. Dengan perlahan lahan dicapainya borang itu.

"Apa salah Aisyah, bang?" suara Aisyah bergetar getar menahan pilu dengan kata kata kesat Zamil itu.
"Sebab kau mandul....mandul!! Kau tak dapat beri apa yang aku mau!.... Aku nak anak, kau faham tak...?" kedengaran semakin lantang suara siZamil.

"Mungkin kita belum ada rezki lagi, bang....sabarlah. Barangkali dugaan kita bang. Allah mahu menguji kita bang, percayalah bang" Aisyah merayu dengan rayuan pilu pada Zamil.

"Aaahhhh!!.....Aku tak perduli itu semua. Kau tahu tak, dah lapan tahun kita kahwin. Kau suruh aku sabar. Kau gila ke. Sekarang jugak kau tandatangan borang ni.....sekarang jugak!!" desak Zamil berkobar kobar.

"Aisyah tak boleh bang. Kalau dengan orang lain, mungkin Aisyah boleh bang. Tapi kalau dengan siRita tu..... Aisyah tak sanggup hidup bermadu dan berkongsi kasih dengannya bang."

"Kenapa bukan dengan Rita?" tanya Zamil penuh saru. "Kau fikir kau tu baik sangat ke?"

"Okay...baik, kalau kau tak nak tandatangan borang ini..... aku akan ambil jalan mudah. Mulai hari ini, aku ceraikan kau, Aisyah bte Abubakar dengan talak tiga!!!" Bergegar Arasy dilangit ketika mulut Zamil lantang melafazkan kata kata keramat itu. Zamil begitu puas sekali dengan ungkapannya.


Aisyah hanya tergamam kaku. Airmatanya terjurai mengalir laju. Beliau seolah olah tidak percaya akan kata kata suaminya yang tersayang itu. Segala impian mahligai yang dia bina selam lapan tahun lamanya berderai bak kaca jatuh kelantai berkecai. Pulanglah Aisyah balik kepangkuan keluarganya.

Bagi Zamil pula, dia berasa bebas sekarang. Dia boleh buat sesuka hatinya. Dia merasai bahwa dunia ini begitu luas seluasnya. Tiada siapa yang boleh menghalang pergerakannya lagi.

Hubungan Zamil dan Rita semakin hari begitu intim sekali. Nafsu mereka berdua semakin menjadi seumpama suami isteri walaupun mereka belum bernikah. Semenjak perceraiannya dengan Aisyah, hati Zamil sudah tertutup dan tawar sekali dengan ikatan pernikahan. Dia rasai ikatan seperti begitu hanya menyusahkan dirinya. Biarkanlah dirinya begitu dengan tanpa sebarang ikatan. Buat apa menyusahkan diri memikul tanggungjawab, sedangkan apa yang diperlukan boleh diperolehi dengan percuma saja.

Bagi diri Zamil, anak bukan lagi bermain difikirannya. Yang hanya tinggal berpoya poya dengan Rita. Zamil bahgia dengan jalan sesat yang dia pilih itu.

Hampir selama bertahun tahun lamanya Zamil alpa dengan dunianya. Bayangan dan ingatan Aisyah pada dirinya sudah hampir jauh tenggelam. Zamil umpama musafir yang kehilangan arah panduan. Datanglah diingatannya dan nalurinya untuk kembali menyucikan dirinya yang jijik lagi najis untuk kembali kejalan lurus. Keinginannya untuk mengikat Rita dengan ikatan yang sah sebagai isteri ditolak bulat bulat.

"I belum ready nak kahwinla Mil. Buat apa kita kahwin, kan best bebas cam gini"dengan selamba saja Rita mengeluarkan kata kata yang mengguris hati Zamil.

"Lagi pun I nak beritahu you yang I dah ada sugar daddy yang lebih best dari kau Mil. Dia kaya, handsome, macho dan ada kereta besar. Bukan macam kau, asyik asyik naik teksi bosanlah. You pergilah balik dengan bekas isteri kampung you tu. Lagipun, isteri kampong you tu memang secocok dengan you Mil." dengan segera Rita capai beg tangannya hendak meninggalkan tempat itu lalu Zamil genggam lengan Rita dengan pantas menghalang dia pergi dari situ.

Dengan wajah yang marah lagi merah padam Zamil menjawab"Oooo.....lepas harta aku kau habiskan, kau nak tinggalkan aku bulat bulat ajer yeee. Kau ingat kau boleh lepas dari aku Rita. Perempuan macam kau lebih baik mati daripada hidup." terbeliak mata Zamil kemerahan memandang Rita.

Rita pun memetik jarinya memberi insyarat kepada bodyguard disitu. Selang beberapa minit, muncul beberapa orang lelaki yang berbadan besar lagi tegap berdiri bersebelahan Rita.

"Ohhooo....panggil bodyguard!! Kau ingat aku takut dengan bodyguard kau tu haa..? Dasar betina jalang, perempuan sundal......" Buk...bedebuk..buk..buk...buk.....!!! Pergaduhan berlaku antara Zamil dan bodyguard bodyguard itu. Zamil rasakan mulutnya begitu pedih dan matanya berpinar pinar. Zamil rasakan tiba tiba dunia ini gelap gelita tanpa cahaya. Dia terlentang dilantai pengsan berlumuran darah dek dibelasahi oleh bodyguard bodyguard Rita. Tiada siapa yang perdulikan Zamil.

Apabila Zamil membuka matanya. Segala galanya putih terang benderang. Tertanya tanya Zamil " Dimanakah aku......? Dimanakah aku........?

"Abang....Abang.....Abang dah sedar? Syukurlah pada Tuhan." Kedengaran suara lembut menegur Zamil dengan perlahan. Rupa rupanya Aisyah yang berada disisi Zamil. Begitu sejuk sekali Zamil melihat wajah bekas isterinya itu. Betapa rindunya Zamil dengan belaiannya.

Tiba tiba suara keluar dari mulut Zamil " Aisyah........ abang rindukan kau Aisyah. Abang dekat mana ni, sayang?" Zamil mengerut gerut dahinya. Dia cuba bangun namu terasa kesakitan diperutnya kuat mencengkam.

"Abang di hospital. Abang pengsan semalam. Luka banyak dikepala dan badan Abang. Ambulance datang angkat abang ke hospital. Nurse yang talipon Aisyah. Mereka kata dalam dompet Abang ada nombor talipon Aisyah." dengan wajah yang lembut, Aisyah terangkan kedudukan perkara yang sebenar.

"Terimakasih Aisyah....... sudi kau jaga Abang yeeer" Zamil cuba mencapai tangan Aisyah, lalu ditepis oleh Aisyah dengan lembut sekali. "Aisyah bukan lagi isteri Abang. Kita bukan muhrim lagi. Aisyah jaga Abang atas dasar keikhlasan hati Aisyah sendiri dan menolong seorang insan yang sangat memerlukan" kata kata lembut yang keluar dari mulut Aisyah membuat hati Zamil tersentuh pilu. Betapa suci lagi leluhurnya hati Aisyah.

"Aisyah..........abang begitu bodoh sekali melepas kau Aisyah. Abang terlalu mengikut perasaan nafsu abang ajer. Abang terburu buru buat keputusan. Aisyah.......berilah abang kesempatan selaki lagi, sayang? Terasa segala perasaan Zamil terhadap Aisyah tiba tiba menjelma kembali. Segala kenangan manis mereka berdua bermain difikiran Zamil. Zamil teramatlah rindu pada bekas isterinya itu.

"Abang.........abang dah lupa ke yang abang telah ceraikan talak tiga terhadap Aisyah? Talak tiga tidak boleh dirujuk lagi bang...." suara Aisyah perlahan sekali. Zamil terpana dengan kata kata itu. Barulah Zamil teringat akan lancangnya mulutnya melafazkan talak tiga. Zamil sungguh menyesal sekali. Talak tiga tidak boleh dirujuk. Kecuali cari cina buta.

"Abang rehatlah. Aisyah nak keluar sekejap. Nanti Aisyah datang lagi" Aisyah dengan tergesa gesa menuju pintu. Suara Zamil tersekat sekat. Dia hanya mamapu melihat bayagan Aisyah hilang dari pandangannya. Airmata Zamil menitis kerinduan.

Timbul keinginan Zamil untuk kembali kepada Aisyah. Tapi apa kan daya, nasi sudah menjadi bubur."Abang nak Aisyah. Abang nak Aisyah kahwin dengan abang." Zamil seolah olah mendesak Aisyah supaya menerimanya kembali.

"Tak boleh.....tak boleh..!!! Abang tak faham ke?"

Aisyah terdiam seketika. Tiba tiba muncul seorang kanak kanak perempuan comel."Mama...Mama..siapa nie?" Wajahnya saling tak tumpah seiras Aisyah. "Aisyah dah kahwin bang. Aisyah bahgia sekali dengan hidup Aisyah sekarang. Aisyah tidak boleh mengecewakan suami Aisyah bang." Terpegun dibuatnya. Wajah Zamil berubah apabila mendengar kata kata Aisyah itu. Tak sangka dia...... Aisyah boleh menghasilkan zuriat, yang mana dulu disangkakan mandul.

"Bang......ini suami Aisyah..Doktor Azman. Kami dah 5 tahun kahwin. Dan ini anak kami Fitri" Tangannya membelai lembut rambut Fitri. Betapa lukanya hati Zamil hancur bederai bak gelas jatuh bederai dilantai. Terlalu pedih untuk Zamil menelannya. Tidak sangka selama ini yang merawat dia adalah suami Aisyah.

"Abang....Aisyah balik dulu. Halalkan makan minum Aisyah selama bersama abang. Aisyah berdoa agar abang bahagia selalu. Zamil hanya menganguk lemah longlai. Wajah Aisyah yang lembut lagi ayu itu ditatap tajam.

"Fitri....mari sini, salam uncle Zamil" Aisyah mencapai tangan kecil Fitri dan menghulurkan pada Zamil. Zamil hanya tersenyum lalu menyambut tangan halus Fitri. Pipi gebunya dicium Zamil. Gadis kecil itu tersenyum. Tanpa disedari, airmata Zamil menitis berlinangan.

"Kalaulah ini anakku.......Aisyah...!!!Abang menyesal lepaskan kau Aisyah...Ooohhh..Aisyah. Hati Zamil menjerit pedih kepiluan. TAMAT::;

Kiblatku RumahAllah Kaabah

Kiblatku.....RumahAllah...

Tempat melabuhkan hatiku

Tempat menengadahkan tanganku

Tempat menyungkurkan dahiku

Tempat merendahkan diriku di hadapan-Mu

Kiblatku ... jadikanlah aku sahabatmu,

yang suka memakmurkanmu

Agar Allah membuatkan rumah di surga untukku